Category ""

  • 71PLD=Dekol.png

    PLD Dayak: Ketika Pembangunan Kembali ke Tangan Masyarakat

    Di tengah derasnya proyek pembangunan yang datang dari luar, masyarakat Dayak di Kalimantan pelan-pelan merumuskan sesuatu yang lebih mendasar: pembangunan yang dimulai dari cerita mereka sendiri. Bukan dari dokumen pemerintah, tetapi dari pengalaman hidup di antara hutan, sungai, tanah, dan leluhur. Inilah People-Led Development (PLD), pembangunan yang tidak lahir dari meja rapat, tetapi dari tubuh komunitas. Dalam worldview Dayak, pembangunan tidak pernah terpisah dari hubungan manusia dengan alam. Hutan adalah kerabat, sungai . . .

  • 58H TaniNas2-25.png

    PETANI DI TENGAH BADAI: KRISIS IKLIM, IMPOR PANGAN, DAN ANCAMAN KELAPARAN

    Petani adalah tulang punggung bangsa. Petani menanam padi, jagung, sayur, buah, kopi, dan kakao. Petani memberi makan keluarga Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Namun petani justru hidup dalam kerentanan di kampung-kampung. Krisis iklim mengubah musim dan pola tanam petani. Kebijakan impor mengubah harga dan psikologi pasar di desa. Kelaparan mengintai keluarga miskin pedesaan dan pinggiran kota. Petani berdiri di tengah badai yang datang dari banyak arah. Badai itu bukan hanya cuaca. Badai itu juga kebijakan, pasar, dan struktur . . .

  • 220 Infografis_Pandangan Dayak.png

    Pandangan Masyarakat Dayak tentang Alam dan Dinamikanya Hingga Kini

    Alam sebagai Rumah Bersama Di Kalimantan, cara pandang Dayak terhadap alam - hutan, sungai, tanah, langit - bukan sekadar ekologi, melainkan ontologi: alam adalah rumah kosmis tempat manusia, leluhur, dan Sang Pencipta saling berelasi. Di tengah krisis iklim dan erosi keanekaragaman hayati global, cara pandang ini relevan karena menempatkan alam sebagai subjek moral - bukan objek eksploitasi. Lintasan sejarah kolonialisme, konsesi kayu dan tambang, ekspansi sawit, serta proyek infrastruktur modern telah mengubah intensitas relasi . . .

  • 29Monsanto.png

    Petani Tidak Bebas Menanam: Strategi Monsanto dan Pertaruhan Kedaulatan Benih Dunia

    “Siapa yang menguasai benih, ia menguasai kehidupan.” Ungkapan ini semakin relevan ketika kita melihat strategi korporasi raksasa seperti Monsanto (kini bagian dari Bayer) dalam mengendalikan pasar benih dunia. Benih yang selama ribuan tahun diwariskan, disimpan, dan ditukar secara bebas oleh petani, kini dipagari oleh paten, kontrak, dan aturan hukum yang mengekang. Di balik slogan “kemajuan teknologi pertanian,” tersimpan agenda monopoli. Petani bukan lagi subjek yang merdeka, melainkan sekadar pengguna . . .