COMMUNITY WISDOM : MONJATA

Klik Untuk Lebih Jelas : COMMUNITY WISDOM : MONJATA
Klik Untuk Lebih Jelas : COMMUNITY WISDOM : MONJATA
Klik Untuk Lebih Jelas : COMMUNITY WISDOM : MONJATA
Klik Untuk Lebih Jelas : COMMUNITY WISDOM : MONJATA

 

Monjata adalah salah satu cabang perlombaan yang di perlombakan dalam rangka memeriahkan HUT RI yang ke-72 lewat kegiatan Festival Kampung Dayak Tomunt di desa Kubung dan Sekombulan, yang berlokasi di Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, provinsi Kalimantan Tengah. Pesertanya sendiri adalah laki-laki dewasa.

Adapun “Monjata” adalah sebuah tradisi khas masyarakat adat Dayak Tomunt dalam mencari madu hutan dengan cara memanjat sebuah pohon besar tempat biasanya lebah madu bersarang, yang pada umumnya memiliki diameter kurang lebih sebesar 5 meter. Para pemanjat pohon besar ini biasanya bukanlah orang awam yang hanya bisa memanjat saja. Melainkan mereka yang sudah memiliki keterampilan dan terbiasa dengan aktivitas mencari madu hutan. Sebab, dalam memanjat pohon madu ini biasanya, baik sebelum dan sesudah, ada “semacam” ritual dan tata cara tertentu yang hanya di pahami oleh si pemanjat. Oleh sebab itu, hal ini tidak bisa dilakukan sembarang orang.

Cara untuk “Monjata” adalah dengan menancapkan pasak-pasak kayu ulin, yang dalam bahasa dayak Tomunt dikenal dengan sebutan “bosi.” Bosi inilah yang ditancapkan pada sebuah pohon besar sebagai pasak ataupun pondasi untuk mengikat beberapa batang gading. Gading sendiri adalah batang kayu atau bambu sepanjang 4-5 meter. Untuk mengikat pasak ke gading, biasanya digunakan tali yang terbuat dari akar tanaman yang mereka sebut dengan akar darah. Setelah semua perlengkapan terpasang dengan baik, mereka akan mulai meniti tangga dari bambu atau kayu yang di sebut “Jata”. Dalam proses pencarian madu ini semuanya harus dipersiapkan dengan hati-hati.

Sebelum Monjata dimulai, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mengawalinya dengan memberikan persembahan dan juga nyanyian mencari madu, yang dikenal sebagai “Rayah Muar,” yang dinyanyikan dalam bahasa Dayak Tomunt. Nyanyian ini berisi permohonan dan doa agar lebah madu tidak mengganggu proses pengambilan madu dan supaya madu yang dihasilkan cukup banyak.

Nah, dari kegiatan Monjata ini, ada beberapa hal yang dapat kita ambil maknanya. Pertama adalah kita harus bisa melestarikan alam dan hutan yang ada di sekeliling kita, khususnya bagi para pencari madu hutan, sebab kelestarian hutan ini tentu berdampak sangat besar bagi mata pencaharian mereka. Dengan menjaga pohon-pohon besar penghasil madu yang terdapat di wilayah mereka, maka tradisi dan sumber madu sekaligus sumber pendapatan mereka akan tetap ada.
Kedua, pesan untuk melestarikan hutan dan para makhluk hidup didalamnya sangatlah kuat, sehingga inilah yang selalu membuat perlombaan Monjata akan masih terus diperlombakan. Tak lain tidak hanya sebagai sarana penyadar tahuan, tetapi juga sebagai bentuk memperkenalkan dan mempertahankan adat, budaya, dan kearifan lokal.

Tabe – dv4c.